Waspada, Inilah Sekilas Mindset Serba Instan


Mindset serba instan adalah godaan bagi para pejuang, kurangi perlahan-lahan yuk..

Fulan adalah seorang anak laki-laki dari pengusaha kaya. Ia terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan. Mulai dari ingin liburan mewah hingga kendaraan-kendaraan yang pajaknya bisa buat beli sepeda motor. Ia mendapatkan semua itu dengan cara yang sangat mudah, minta ke orang tuanya yang pengusaha tajir. Karena rasa sayang yang terlalu tinggi, orang tuanya kesulitan menolak permintaan-permintaan anaknya, padahal mereka tahu bahwa kebiasaan tersebut juga kurang baik. Di sinilah mindset serba instan mulai tumbuh.

Gimana jika Alloh berkehendak bisnis dan kekayaan orang tua Fulan tiba-tiba habis, entah itu karena ada bencana alam atau ada kecurangan pesaingnya? Gimana jika kedua orang tua Fulan ternyata harus dipanggil kembali kepada Alloh di usia yang masih belum terlalu tua?

Lumrahnya, manusia sih penginnya hidup yang gampang, gak perlu capek, trus enak. Sepakat? Kalau gak sepakat saya tetep anggep sepakat aja ya, abis ditanya diam aja. Hehe.
Mindset serba instan BEDA dengan mindset serba mudah.
Mindset serba instan itu kalau kita pengin sesuatu trus gak mau melalui proses yang sudah jadi aturan tapi tetep dapat hasilnya. Misalnya nih, dulu ya, ada kebiasaan kalau pengin cepet beli tiket kereta api tanpa harus antri itu lewat calo, trus kita kasih uang tambahan, yang tadinya harganya 80 ribu bisa jadi 100 ribu sampai 120 ribu. 

Secara manusiawi, kita butuh pasangan buat menyalurkan kata-kata dan perasaan cinta. Dalam agama, hal tersebut difasilitasi dengan pernikahan. Trus muncullah budaya pacaran di kalangan anak muda. Yang kadang gak disadari menjadi kebiasaan anak muda adalah gaya komunikasi yang berlebihan dengan pacar. Sebenernya tujuannya kan nyari pasangan itu buat jadi suami atau istri, bukan cuma jadi pacar. Lah, kata-kata sayang dan mesra yang kalau dalam agama nantinya ditujukan untuk pasangan resmi malahan sudah diumbar duluan ke pacar(s). Berarti  ....

berarti apa hayoo? dipikir aja sendiri ya.. udah gede kok.

Ada lagi contohnya, pengin punya ijazah sarjana, gak perlu ikut kuliah yang bisa ngabisin waktu, pikiran, dan duit kita selama 3-4 tahun. Cukup uang sekian puluh juta, tinggal ikut wisuda dan dapat ijazah. Enak ora? Yo uenakkk.. Karena udah kerasa enak, setelah punya posisi penting di kerjaannya akhirnya keterusan juga nyari lokasi-lokasi yang basah (pemasukan tidak bener) buat ngembaliin modal beli ijazah tadi. Setiap perizinan apa-apa dimintai upeti ilegal (hee.. istilah halus suap). Bisa lebih parah lagi kalau korupsi tidak dianggap dosa, ya gimana lagi udah terlanjur enak ya ketagihan. 

Kalau mindset serba mudah itu bernilai positif. Coba sekarang bayangin deh kalau mau pesen tiket kereta api gimana? antri berjam-jam lho. (nb. stasiun kota-kota besar, hee). Lah sekarang pesen tiket kereta api sambil tiduran di kamar atau bahkan sambil mancing ikan di empang juga bisa. Semua dibikin memudahkan aktivitas manusia.

Kesimpulan
Mindset serba instan itu bersemayam di pikiran, ikut-ikutan menentukan langkah hidup kita, dan bahkan bisa menjerumuskan kepada bahaya dunia akhirat. 
Mindset itu seperti mengabaikan hukum alam berproses. Kalau yang udah pengin kurus, dietlah dengan ilmu dari ahlinya, kalau yang pengin kerja dan punya penghasilan banyak berproseslah dengan melamar ke perusahaan atau berdagang, kalau yang pengin dapat jodoh terbaik mulailah perbaiki pribadi dan buka kesempatan kepada calon-calon pasanganmu dalam bingkai aturan agama, dan kalau yang udah pengin utangnya lunas mulailah deketin Alloh Yang Maha Kaya trus ikuti prosesnya. 
Solusi dari mindset serba instan begitu menggoda, karena kelihatan enak banget.
Jika kebetulan kita adalah punya bakat mindset serba instan maka perlu nyadar dulu, bahwa efeknya jangka panjang dan menular. Gimana kalau nanti anak-anak kita tertular mindset instan ini? semoga sih kitanya bisa terbebas dari mindset ini bersama keluarga, keturunan-keturunan kita, sahabat-sahabat kita, dan pemimpin-pemimpin kita. Doain semua lah, kalau ada sahabat kita punya mindset instan, trus nular ke kita kan gak baik juga.

Mari berproses. Saya juga masih berlatih ngilangin mindset serba instan. Insyaalloh pasti bisa.

Post a Comment

أحدث أقدم